Wajahnya cantik, senyumnya manis sekali. Tutur katanya sopan dan lembut. Semua kata yang keluar dari bibirnya selalu memberikan kekuatan dan gairah hidup bagi yang mendengarkan. Tak pernah sekalipun kudengar tawanya yang terbahak-bahak. Ia lebih memilih tersenyum untuk mengungkapkan kegembiraannya. Tidak seperti aku yang tak pernah menjaga kata kata dan tertawa terbahak bahak dimana saja. Jika sedang berdiskusi seputar kerohanian, matanya akan bergerak gerak indah dan mimik mukanya antusias meyakinkan kebenaran ucapannya. Ia nampak anggun diatas mimbar, saat ia memimpin pujian ataupun memberi renungan. Ia selalu bersemangat dan berapi api bila sedang berbicara tentang Tuhan. Kobaran semangatnya yang luar biasa mampu mempengaruhi kami semua. Ia benar benar hamba yang dipakai oleh Tuhan. Tak banyak wanita yang terpilih seperti itu. Ialah Yemmima, temanku sejak kecil yang kini telah dinobatkan menjadi ketua pemuda di Gerejaku. Aku senang sekali memperhatikannya. Jika melihatnya ada desir kekaguman dihatiku. Akupun termotivasi, untuk mengikuti jejaknya, menjadi wanita yang santun dan memiliki kerohanian yang hebat didalam Tuhan.
Aku satu SMU dengannya. Kami selalu berangkat ke sekolah bersama sama. Disekolahpun sikapnya tetap santun dan tutur katanya halus terjaga. Semua teman teman sangat menyukai ia sebagai pribadi yang baik dan suka membantu orang lain. Saat bersama dengannya kami selalu bertukar kisah, aku dengan kekonyolan kekonyolanku dan dia bercerita tentang pengalaman pengalamannya bersama Tuhan. Sungguh…aku iri dibuatnya. Masalah apapun kami saling berbagi, suka dan duka kami lewati bersama.
Setelah menyelesaikan masa SMU, Yemmima merantau ke kota metropolitan. Ia menimba ilmu dengan status mahasiswi, sedangkan aku yang setahun lebih muda darinya masih duduk di kelas III SMU. Aku dengar setelah diluar kotapun ia aktif dalam pelayanan.. Pengetahuan agamanya pun semakin bertambah. Persahabatan kami berlanjut lewat lembar demi lembar surat . Saat natal tiba, keharuan dan kegembiraan menguasai pertemuan kami. Aku makin menyadari bahwa aku membutuhkan sosoknya untuk memotivasi dan mementor diriku menjadi lebih baik lagi. Aku pernah memegang kata katanya yang indah dan itu selalu aku simpan dihati. “ Ely, kita harus hidup kudus. Itu mutlak dan nggak bisa ditawar tawar lagi. Diantara sekian banyak kebaikan dibumi ini, hanya satu yang menjamin orang percaya dipakai oleh Allah, yaitu Kekudusan”.
“ Iya Yem, aku harus belajar banyak nih dari kamu”
“ Ah… nggak jugalah, semua itu karena anugerahNya” jawabnya merendah.

Setiap liburan berlalu, akupun merasa ada yang hilang. Yemmima harus kembali ke Jakarta . Kami berpelukan menangisi waktu yang kejam yang harus memisahkan kami kembali. Tapi kami sadar, masih banyak yang perlu kami perjuangkan. Kami harus meneruskan jalan hidup kami masing-masing. Selalu ada yang aku pelajari dari kehidupan Yemmima. Semua kata katanya membuat aku menjadi lebih kuat dan tegar. Akupun mulai aktif dalam pelayanan sekolah minggu serta kegiatan kegiatan lainnya digereja. Semua berkat Yemmima yang telah Tuhan kirimkan untuk memberi dampak dalam kehidupanku. Hatiku telah terpaut pada semangat untuk belajar lebih dalam tentang Tuhan. Aku ingin hidup kudus seperti Yemmima. Menjadi berkat dan teladan bagi banyak orang. Akupun terpacu dengan sungguh sungguh untuk melayani Tuhan lebih lagi. Aku ikut pendalaman Alkitab dan memperbanyak bacaan bacaan rohani untuk memperdalam imanku. Semua terasa indah didalam Tuhan. Setiap kali aku berdoa, seakan ada nyanyian surga yang menyusup indah di ruang hatiku. Ah…… alangkah indahnya bersama Tuhan. Surat suratku kepada Yemmima selalu penuh dengan kata kata yang indah tentang Tuhan. Aku semakin mengerti banyak tentang kehidupan seorang Kristen yang benar. Teman temanku serta keluargakupun merasakan perubahanku, ucapan ucapankupun semakin mencerminkan aku seorang anak Tuhan. Sungguh ini tak kubuat buat, supaya aku seperti Yemmima, tapi ini kulakukan karena Tuhan telah menjamah hatiku dan aku ingin melakukan seperti yang Yesus lakukan. Aku ingin menjadi berkat bagi orang lain dan memberi dampak buat lingkungan sekitarku. Ingin segera ku kabari Yemmima tentang perubahanku ini., tapi ternyata suratnya lebih dulu datang. Namun aku terkejut sekali membaca isinya, ia mengabarkan bahwa ia akan segera menikah secepatnya. Aku tidak tahu untuk alasan apa ia menikah secepat itu. Sejak surat pemberitahuan dari Yemmima tentang pernikahannya, akupun tak pernah lagi menerima surat dari Yemmima, padahal aku telah mengiriminya surat berlembar lembar untuk menanyakan keadaannya. Saat aku bertanya kepada keluarganyapun, nihil yang kudapatkan. Yemmima sengaja merahasiakan kepindahan alamat barunya dijakarta. Surat suratkupun dengan sukses dikembalikan oleh petugas pos keliling. Aku tahu aku telah kehilangan Yemmima, namun ada banyak hal yang ia tinggalkan untukku.Dari Yemmima aku belajar banyak tentang Sang Juru Selamat yang telah menyelamatkanku. “Baiklah Yemmima, aku akan berusaha berubah menjadi lebih baik lagi, jadi ketika aku bertemu denganmu, kau akan tahu bahwa aku telah berubah, kaulah salah satunya yang memotivasiku untuk tetap berharap kepada Tuhan dalam hidup ini” ujarku dalam hati.
Pada saat natal berikutnya datang, aku sangat berharap Yemmima akan pulang kekampung, sehingga kami bisa bertemu lagi. Bagaimana yach…kabarnya sekarang? Ternyata Yemmima tidak pulang. Ia hanya mengirimkan kartu natal untukku. Dapat ku tangkap dari setiap untai katanya, kalau Yemmima sebenarnya sangat ingin pulang. Natal kali ini ku lalui dengan sepi tanpa kehadirannya. Lewat adiknya ku titipkan suratku, dari adiknya pula ku dapat nomor HP-nya. Aku mencobanya untuk sms, namun tak ada balasan. “Ah….. Yemmima begitu banyak yang ingin ku ceritakan kepadamu”.
Dua tahun berlalu. Yemmima benar-benar tak ada kabar. Sms smsku pun tak pernah dibalas, saat aku telponpun tak pernah diangkatnya. “ Ada apa dengan Yemmima?” hatikupun sibuk mencari keberadaannya. Sesibuk apakah Yemmima hingga membalas surat atau sms saja tidak bisa dilakukan? Apakah ia tidak rindu dengan kebersamaan kami dulu?
Ini adalah natal ke-tiga sejak kami berpisah, aku berharap kali ini Yemmima benar-benar mudik. Tuhan mengabulkan doaku, Yemmima pulang. Pertama ku dengar kabar kepulangannya. Rasanya ingin ku tinggalkan semua pekerjaan rumah dan sesegera mungkin menemuinya. Bagaimana kini keadaaanya? Tentu banyak sekali kisah yang akan ia ceritakan, sama sepertiku juga.
Pada suatu kesempatan akhirnya aku bertemu dengannya. Tapi… langkahku yang hendak berlari menyambut kedatangannya tertahan. Benarkah itu Yemmima sahabat yang dulu ku kenal? Benarkah itu Yemmima sahabat yang selama ini aku rindukan? Ia mengenakan kaos t-shirt yang melekat erat ditubuhnya dan celana jeans pendek yang tak kalah ketatnya. Rambutnya dibiarkan tergerai bebas. Aku merasa kaget dengan penampilannya.
“ Eh El, apa kabar?” tanyanya tanpa menaruh sedikitpun curiga pada wajahku yang langsung berubah melihatnya.

“ Aduh Ely, kamu lain banget dech. Ya ampun…. kamu tambah gemuk aja ha…ha…”
Aku mematung tak percaya, bukan karena ucapannya padaku, tapi aku shock dengan perubahannya. Aku tak sanggup berkata-kata. Seribu pertanyaan tentang kabarnya dan cerita yang semula ingin ku kisahkan padanya, hilang entah kemana. Ada kejengahan yang hadir tiba-tiba. Sebuah kesedihan menyusup dihatiku tanpa basa basi. “Tuhan, mengapa orang sebaik Yemmima bisa berubah seperti itu? Apa Kau tak sayang lagi padanya?” Jerit hatiku. Meskipun aku tahu bukan Tuhan yang membuatnya seperti itu. Akupun ingin segera berlalu darinya, meskipun belum sempat kutanyakan “Dimana suaminya berada? Adakah ia datang bersama suaminya?”.
Malamnya aku dan teman-teman satu gereja mengadakan acara Natal yang khusus diadakan untuk anak anak yang pulang mudik. Acara itu sudah diadakan bertahun tahun oleh gerejaku, tujuannya untuk mempererat tali persaudaraan didalam Tuhan. Meskipun kami telah berpisah, namun hati kami tetap satu didalam Tuhan. Kami ramai berbagi kabar, Yemmima juga datang, tak ditemani oleh suaminya. Seperti diriku, teman-temanpun merasa aneh dengan perubahannya. Sebagian merasa penampilan Yemmima kini lebih berani dan cara bicaranya terlalu blak blakan. Sebagian lagi memandang sinis kepadanya. Saat bercakap-cakap tiba-tiba Yemmima berkata sesuatu yang vulgar, maksudnya mungkin bercanda, tapi sungguh kata-kata itu tak pantas ia ucapkan. Apalagi saat itu dihadapan kami banyak teman-teman cowok. Aku segera memotong kalimatnya, Yemmima tak meneruskan ucapannya, tapi sama sekali tak ada nada bersalah dari sikapnya. Ia seperti tak mengatakan apa-apa, padahal dulu yang keluar dari mulutnya adalah mutiara-mutiara firman yang sarat dengan pelajaran kehidupan. Sekarang, sikap Yemmima cukup mengoyak ngoyak kekagumanku padanya. Semua hilang tak berbekas. Aku ingin menegurnya saat itu, tapi ia keburu pergi menemui teman-teman lain yang sudah hampir dua tahun tak di jumpainya.
Besoknya aku segera menemui adik Yemmima. Hatiku sudah tak tahan menyimpan rasa penasaran terhadap perubahan sikap Yemmima. Akhirnya ku temukan jawaban dari adiknya atas perubahan sikap dan kehidupan Yemmima. Yemmima menikah karena ia terlebih dahulu hamil, namun saat kehamilannya menginjak diusia ke tiga, ia keguguran. Hubungannya dengan suaminyapun tak harmonis. Saat inipun di Jakarta , Yemmima tak lagi tinggal bersama suaminya. Mereka tidak bercerai, namun juga tidak tinggal sebagai suami istri. Aku terperanjat mendengar cerita dari adik Yemmima. Tak henti hentinya aku mengelus dadaku, rasanya sesak hampir meledak. Jadi karena itulah keluarga Yemmima merahasiakan keberadaannya? Aku benar benar tak pernah menyangka bahwa ternyata tidaklah mudah menjaga sebuah kekudusan. Bahkan untuk seseorang yang sangat baik, santun dan memiliki iman yang luar biasa sekelas Yemmima. Sejak ia berpisah dengan suaminya, Yemmima seperti orang yang sedang meminta perhatian. Caranya berdandan, pakaian yang dikenakannya, cara bicaranya yang kasar,membuatnya berubah 180 derajat dari kehidupannya yang dulu. Malamnya aku merenung. Aku menangisi perubahannya. Dimanakah Yemmimaku yang dulu? Yemmima yang sanggup menghipnotisku dengan setiap tutur katanya? Dimanakah Yemmima, yang dulu sanggup memotivasiku untuk berubah? Apakah yang membuat Yemmima berubah drastis? Apakah karena perpisahan dengan suaminya yang telah membuatnya berubah menjadi seperti itu? Dulu Yemmima sangat sopan, pandangan hidupnya, perilaku dan ucapannya sangat terjaga. Apakah karena malu untuk kembali kepada kehidupan yang lama setelah ia mengalami kegagalan? Kenapa harus malu? Bukankah setiap manusia juga pernah mengalami sebuah kesalahan dalam hidup? Kenapa masalah harus membuat seseorang berubah menjadi tidak baik? Harusnya masalah membuat seseorang belajar dari setiap kesalahan yang terjadi, tidak malah menghancurkan hidupnya sendiri. Aku kecewa. Sungguh aku menyesal pernah mengaguminya. Kau kenapa Yemmima? Kenapa? Lingkungankah atau masalahkah yang telah merubahmu? Aku semakin menyadari, betapa berbahayanya jika iman kita lemah dan kita jarang sekali mendapatkan taburan Firman Tuhan.

“Ya Tuhan kembalikan Yemmimaku yang dulu”.
“Yemmima, betapapun aku kecewa karena pernah mengagumimu, aku akan selalu berdoa agar kau kembali menjadi Yemmima seperti yang ku kenal dulu, Yemmima yang begitu antusias dan berapi-api dalam melayani Tuhan. Yemmima, hidup ini adalah pilihan. Jika ini jalan yang kau pilih dan kau merasa telah menemukan duniamu, sungguh aku telah menangisi pilihanmu. Untuk hal yang satu ini, sama sekali tidak pernah terbersit sedikitpun dihatiku untuk mengikutimu”. Aku akan selalu berharap, Tuhan akan menjamah kembali hatimu, dan kita akan dipertemukan Tuhan diladang yang sama untuk melayaniNya. Pasti! Karena Tuhan sangat menyayangimu.
Jakarta, 10 Desember 2009, Beban memberi kita sayap untuk terbang bersama Tuhan. Kesukaran membuat kita mengerti, bagaimana mengatasi masalah sesuai dengan cara Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar