Aku dan Fang Fang telah berteman selama 8 tahun, kami merasa cocok satu sama lain, kebetulan kami juga tinggal dalam satu kost. Kami juga terlibat dalam satu pelayanan yang sama. Melayani anak anak sekolah minggu. Mungkin terlalu berlebihan kalau aku bilang kami juga memiliki kepribadian yang hampir sama. Aku dan Fang Fang adalah sosok pribadi yang sangat berbeda. Aneh memang kalau kami bisa bersahabat. Tapi Tuhan telah mempertemukan kami dan menjadikan kami sepasang sahabat yang saling mengasihi dalam pelayanan ataupun kehidupan sehari-hari. Dan yang terjadi akhirnya adalah kami saling mempengaruhi satu sama lain. Aku belajar banyak dari kehidupan Fang Fang. Hatinya yang lembut, tutur katanya yang halus terjaga, selalu memberkatiku saat kami bersama.
Suatu hari saat aku berencana menjual mobil, calon pembeli mobil itu datang dan mencoba menghidupkan mesin mobil yang terparkir didepan kamar Fang Fang. Kebetulan kamarnya terletak didepan garasi. Aku memang selalu memasukkan satu kopling setiap kali aku memarkir mobilku. Entah teori dari mana, yang jelas teori itu aku gunakan untuk menghindari pencurian mobil saja. Kalau koplingnya aku masukkan, otomatis si pencuri akan merasa kesulitan untuk mengambilnya. Tapi ini hanya teoriku sendiri Kawan! Jangan pernah menirunya. Sehingga ketika calon pembeli itu menghidupkan mobil, maka mobil itu terloncat dan menabrak kamar Fang Fang. Aku sendiri lupa untuk mengingatkan. Aku terdiam seketika, shock luar biasa, berdiri bagai patung saat aku melihat kamar Fang Fang yang hancur berantakan karena tertabrak mobilku.
Sampai akhirnya Fang Fang menepuk pundakku, lalu mengatakan sesuatu yang luar biasa. Aku berpikir ia akan marah dengan semua yang terjadi, tapi yang dikatakannya sungguh tak terduga : “Bersyukur dalam segala hal, Wen! Allah ijinkan semuanya terjadi, percayalah semua akan baik-baik saja”. Aku tak mampu berkata apa-apa, bahkan tidak memiliki jawaban apapun juga atas pernyataannya. Ada sesuatu dalam nada bicaranya, dan Fang Fang tidak sedang bercanda. Ia mengatakannya dengan tulus. Bahkan ketika tante kost mengharuskan aku mengganti pintu yang rusak itu, ia menawarkan sejumlah uang untuk meringankan bebanku, dan tentu aku tidak mau begitu saja menerima semua tawarannya itu. Bagiku kesabaran hatinya sudah cukup membantu menguatkanku.
Aku sungguh tertekan dengan semua kejadian itu, cukup membuat hidupku tersiksa beberapa waktu lamanya sampai pintu yang rusak tersebut selesai diperbaiki. Tetapi persahabatan sejati yang ditunjukkan oleh Fang Fang, sungguh mengingatkan aku akan Allah yang dengan kasih sayangNya menggembalakan domba dombaNYA di padang rumput.
Aku merasa masalah yang aku hadapi tampak kecil saat Fang Fang dengan sabar mendampingiku dalam masa-masa yang sulit. Lewat pintu kamar yang rusak itu ada hal- hal yang bisa aku pelajari, dan aku tahu uang tidak akan pernah bisa membeli ataupun mengganti perasaan yang aku miliki terhadap seorang Fang Fang.
Aku tahu Allah akan memeliharaku dan menjaga hidupku. Dengan menjadi sahabatku, Fang Fang telah menunjukkan betapa besar kasih Allah kepadaku.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar