Sabtu, 06 November 2010

KEKUATAN MEMAAFKAN


Nadia”, hatiku terasa hancur dan  perutku terasa mual karena muak setiap kali aku mendengar namanya. Nama itu terus membayangi setiap langkahku. Dadaku terasa sesak manakala teringat semua yang ia lakukan kepadaku. Nadia muncul dalam setiap mimpi dan pikiranku. Aku benci perempuan itu! Aku pikir ia sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Tanpa basa-basi dan tak meminta pendapatku sebelumnya, ia berani jalan berdua dengan orang yang aku cintai. Apa dia tak punya etika berteman? Padahal aku yang mengenalkannya pada cowok bernama Aldy itu. Seingatku, Nadia juga yang dulu memaksa-maksa agar aku tak berhubungan dekat dengan Aldy. “Kamu jadi tidak ceria, setelah jatuh cinta dengan Aldy. Ia itu kan usianya jauh dibawah kamu! Sudahlah lupakan anak kecil itu. Aku tak ingin melihat mendung diwajahmu!” begitulah nasehatnya yang sok dewasa ketika aku mengeluh tentang hubunganku dengan Aldy, cowok yang usianya memang lebih muda empat tahun dibawahku.  Dasar pagar makan tanaman!! Semua kata katanya palsu belaka!!! Kebencian, kemarahan, rasa bersalah dan menyesal terus berkembang selama berbulan bulan bahkan lebih dari beberapa tahun. Aku berusaha menghapusnya, menghilangkan akar kebencian dalam hatiku. Namun aku belum bisa melupakan juga penghianatannya kepadaku, padahal peristiwa itu telah lewat beberapa tahun.
            Nadia adalah sahabatku, teman satu kostku, saat aku tinggal dan bekerja di Surabaya. Hampir setiap hari setelah pulang bekerja aku selalu melewatkan sore bersamanya. Membagi rasa, cerita dan apa saja yang telah kami alami selama kami tidak bertemu sebelumnya. Tidak ada satupun cerita yang pernah terlewatkan dari kehidupan kami berdua. Apapun juga……….. pelayanan, kantor, keluarga bahkan orang yang pernah aku cintai. Hm…. Lagi lagi aku jadi kesal sendiri setiap kali  mengingatnya. Aku menyesal pernah menjadikannya seorang sahabat. Harusnya aku tak mengenalkan Aldy kepada Nadia, kalau aku tahu Aldy akan berpaling hati. Aku sangat menyesal mengingat kejadian itu. Karena beberapa hari setelah itu, aku lihat mereka tengah jalan berdua tanpa kehadiranku. Mengingatnya saja membuat aku ingin muntah sekarang. Gayanya yang sok bijaksana, juga sok ingin membuat orang tenang di sebelahnya. Nyatanya palsu! Ia seringkali menasehati aku untuk menjauhi Aldy, tapi rupanya ia menyimpan hatinya untuk Aldy. Keterlaluan!!
Nadia, menurutku tidak terlalu menarik. Kulitnya tidak seterang kulitku, bahkan kulitnya mirip warna kolam ikan tante kosku  yang belum dibersihkan selama sebulan.                               Maaf ya bukannya aku menghina, tapi begitulah kenyataannya. Kalau kulitku lebih bersih, orang bilang kuning langsat.                Berbeda dengan Nadia yang memiliki kulit sedikit keruh, kurang bercahaya. Wajahku lebih sedikit oriental, diturunkan dari nenekku, semua itu begitu kental mengidentitaskan diriku sebagai gadis keturunan indo yang cantik. Aku bukannya sombong atau melebih-lebihkan. Tapi begitulah orang orang sering memujiku. Tentu saja aku  akan selalu mengingatnya dan mencatatnya dilubuk hatiku yang terdalam. Nadia asli Jawa, tak ada campuran apa-apa. Kalaupun ada, paling dari jawa dan sekitarnya. Aku pernah kok bertanya tentang silsilah keluarganya.  Aku bilang sih, wajahnya lumayan ndeso gitu. Meski aku tahu juga, banyak kok orang orang jawa yang wajahnya sangat ayu dan menarik. Tapi masalahnya hatiku sedang kesal saat menggambarkan sahabatku yang bernama Nadia itu.  Ahhh… aku tidak simpati lagi pada Nadia. Bahkan, aku telah membakar dan tak mau lagi menyimpan foto-foto kami sewaktu liburan di Yogyakarta berdua.                                                                                              Persahabatan yang kami bina beberapa tahun itu, akhirnya hanya  tinggal kenangan saja. Nadia telah menghancurkannya. Ia telah menghianati persahabatan kami, dengan diam diam menjalin hubungan dengan Aldy, orang yang paling aku cintai diseantero bumi ini. Bahkan kalau bisa seluruh mahluk laki laki dibumi ini ingin kuberi nama Aldy didepan nama nama mereka. Aku memang sudah cinta abis terhadap Aldy, setidaknya begitulah  kira kira suasana hatiku saat itu, sebelum Nadia menghianatiku. Nadia sangat tahu isi hatiku, karena tak ada sedikitpun hatiku yang tersembunyi didepan Nadia. Semua serba terbuka didepan Nadia, begitupun sebaliknya aku tahu semua tentang Nadia. Anak anak satu kos sampai cemburu melihat keakraban kami. Dimana ada aku, disitu juga pasti ada Nadia.  
Aku akui, sejak aku jatuh cinta dengan Aldy, aku merasa hidupku telah berubah, dia memberiku warna indah dalam setiap langkah hidupku, dan Nadia tahu itu. Namun sayang, semua keindahan itu tak berjalan mulus, semua  terhalang oleh usia diantara kita. Dan itulah problem yang selalu menjadi topik kami sehari hari. Nadia sama sekali tak pernah bosan mendengarnya,  ia memang pendengar yang baik. Namun sayang pada akhirnya aku telah salah menobatkannya menjadi sahabat terbaikku dibumi ini.                                                                                                                 Setiap kali aku merenungkan  masa lalu itu. Ada sedikit gundah merayapi hatiku. Berkali kali aku mengusirnya pergi dari hatiku, namun rasa itu tetap kerasan. Entahlah sampai kapan  hatiku bisa tenang dan nyaman saat mengingatnya. Peristiwa itu membuatku terluka dalam. Aku merasa rendah dan dipermalukan. Sakitnya telah mampu merubah kehidupanku. Sejak saat itu aku tak pernah bisa percaya lagi terhadap orang lain. Aku hidup sendiri tanpa pernah peduli pendapat orang lain. Aku jadi tidak pernah ingin memiliki sahabat dekat kembali. Tak ada yang ku akui sebagai sahabat dibumi ini. Semua hanya teman biasa. Tak pernah lebih dari itu. Hasilnya aku jadi terbiasa dengan kesendirian. Dan aku tak pernah butuh sahabat.  Kau tentu menganggapku berlebihan teman? Begitulah yang aku rasakan.  Aku malu, aku  merasa tak berharga dan dicampakkan. Kalau orang lain, mungkin aku masih bisa menerima keadaan ini dan dengan mudah pula aku pasti sudah melupakannya.                   Tapi ini sahabatku sendiri Teman!. Orang yang setiap                       hari bersamaku membicarakan cintaku........ dan  ia juga yang menghancurkannya. Nadia memang sutradara yang hebat, setiap hari yang ia lakukan adalah memberiku banyak peran diantara percintaanku dengan Aldy. Aku harus begini, aku harus begitu dengan Aldy nantinya............dan semuanya diatur dengan rapi oleh Nadia, sampai drama penghianatan itu terbongkar dan aku melihat sendiri Nadia sedang berjalan berduaan dengan Aldy sambil bergandeng tangan. Menyakitkan!! Apa kau sudah bisa merasakan apa yang aku rasakan Teman?
            Saat itu aku seperti orang bodoh yang dimabuk oleh sebuah perasaan bernama cinta, dan sahabatku berlagak menasehatiku, sedang dibelakangku ia berbagi cinta juga dengan pria yang kucintai itu. Dunia seolah mengejekku, harga diriku tercabik cabik, bukan marah karena pria yang  aku cintai itu ternyata lebih memilih sahabatku, tapi lebih kepada perasaan malu yang sulit diungkapkan.
            Aku mencari pertolongan atas apa yang terjadi pada diriku. Sakit hati yang aku rasakan bahkan membuat aku lupa, bahwa aku adalah seorang Pelayan Tuhan!! Aku konselling dengan beberapa teman, berharap mereka akan memecahkan masalahku. Aku berolah raga, fitness  setiap hari untuk menghindarinya. Bahkan setiap hari aku keluar rumah berkeliling, makan sebanyak mungkin untuk melupakan perasaanku. Tapi rasa itu semakin sulit dihilangkan, kebencianku semakin dalam,dan yang terparah yang pernah aku lakukan adalah aku menelan obat anti tidur selama beberapa hari, aku berteriak dan berdoa “Tuhan apakah salahku, kenapa KAU ijinkan semua ini terjadi?” Aku melakukan apa saja kecuali menyerah pada keadaan dan dengan rela memaafkannya.
Kau tahu teman! Nyatanya waktu tak juga mampu menghapusnya, meski semua telah lama berlalu. Setelah jalinan cintanya diam diam terhadap Aldy terbongkar,  sebenarnya Nadia sempat mengatakan ”Maaf aku telah merusak persahabatan kita, tapi aku berjanji untuk memperbaiki semuanya. Aku mau kita tetap bersahabat. Aku akan memutuskan hubunganku dengan Aldy. Aku lebih memilih persahabatan kita dibandingkan harus berhubungan dengan Aldy” Begitulah kata kata palsunya saat menghiburku. Dan memang beberapa saat Nadia mampu mengelabui hatiku. Ia mulai sering mengajakku keluar makan, dan berusaha bersikap seperti dulu sebelum berkhianat. Namun itu hanya sesaat, nyatanya ia tak berkuasa atas cintanya terhadap Aldy. Pada akhirnya iapun pasrah menerima kebencianku.
 Aku begitu sedih. Telah begitu lama aku memendam kebencian terhadap Nadia, dan ternyata waktupun tak pernah mampu memberiku ruang untuk aku berlapang dada memaafkannya. Aku sangat menyesal Teman. Ia itu sahabatku, aku begitu menyayanginya. Antara benci dan rindu berbaur menjadi satu selama belasan tahun dan aku tak pernah goyah oleh permintaan maaf macam apapun. Hatiku telah beku untuk sekedar berbaikan kembali dengan Nadia dan juga Aldy pria yang aku cintai sekaligus turut aku benci itu. Ternyata memang benar menyimpan masa lalu yang menyakitkan itu lebih mudah dari pada melupakannya.
            Akupun tak pernah lelah berdoa untuk kebebalan  hatiku, tapi kebencian yang ada dihatiku menghalanginya. Semua doa yang aku sampaikan kepada Tuhan tak ada gunanya, karena benci benci dan kebencian yang  selalu aku ingat. Sampai suatu hari aku membaca sebuah buku tentang pengampunan. Sebuah kisah tentang kekuatan memaafkan. Aku menangis, ada kebimbangan dihatiku saat memikirkan cerita dalam buku yang baru saja aku baca. Bagaimana mungkin aku memaafkan ?Nadia yang sudah menghancurkan hatiku? Mempermalukan aku? TIDAK !!! Aku tidak mau mengampuninya. Tapi Roh Kudus seolah mendesakku dengan lembut, “Bersediakah engkau melepaskan rasa bencimu? Dan mengampuni dirimu sendiri ?”. Hatiku berdebar begitu kencang, Tuhan aku tak mampu melakukannya sendiri, Sulit bagiku melepaskannya. Untuk pertama kalinya aku berusaha melepaskan semua lewat Roh Kudus yang menolongku. Dengan kekuatan Roh Kudus pikiranku menjadi tenang dan hatiku terlepas dari beban. Begitu mudahnya jari-jariku menekan huruf-huruf yang ada di hand phoneku, aku mengiriminya SMS, aku  berkata “Aku merasa perlu minta maaf dengan kejadian masa lalu, maafin aku Nad, yang pernah berlaku buruk terhadapmu. Anggap kejadian masa lalu itu aku yang salah, Tuhan menyayangimu Nadia manis”. Nadia membalas SMSku dan ia berterima kasih aku memaafkannya, meskipun nada SMS nya terlihat menguatirkanku, ia mengatakan “Aku telah mengubur semua itu Flo”, apa yang dikatakan dalam SMS nya itu tidaklah penting lagi. Aku sudah menemukan diriku kembali. Memang tidak menjadi nomor satu itu menyakitkan, tapi memendam rasa bencipun sebenarnya tidaklah nyaman. Kalau aku pikir pikir sebenarnya Nadia adalah salah satu sarana yang Tuhan pakai untuk menuntunku menjadi aku yang sekarang ini, andai Nadia tak berkhianat, andai aku tak pindah kekota Jakarta ini. Mungkin cerita hidupku akan berbeda, entahlah jadi seperti apa aku. Tapi begitulah manusia, tak pernah rela menerima kenyataan pahit yang terjadi didepan mata. Padahal dengan kejadian yang terjadi,  Tuhan merencanakannya  untuk sesuatu yang lebih baik dimasa mendatang. Ada pengalaman berharga dari kisah drama antara aku dan Nadia, kisah yang sebenarnya bersumber pada diriku sendiri dan bukan pada seorang Nadia, sikapku selama ini terhadap Nadia hanyalah ungkapan kehampaan yang mendalam dari hidupku. Dan Allah sumber kehidupan itulah kekuatanku. Dia yang selalu menjagaku.
Jakarta, 24  Juli 2004 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar