Sore itu dibulan Mei 1975 tepatnya dihari kamis, saat matahari hampir bersembunyi dibalik langit, usiaku masih belum genap 5 tahun, papa yang begitu setia mengiring Tuhan, membawaku kesebuah tempat dimana ada banyak anak-anak berkumpul disitu. Tempat itu bernama gereja, aku masih ingat, itulah pertama kalinya aku diajak ke gereja oleh papaku. Sebuah rumah kecil dipinggiran jalan raya. Kira-kira jaraknya hanya 100 meter dari rumahku. Dirumah kecil yang disebut gereja itu, ada juga anak-anak tetanggaku,teman temanku bermain. Meskipun orang tuanya beragama lain, tapi mereka mengijinkan anaknya untuk datang ketempat itu. Entahlah mungkin karena perkumpulan-perkumpulan seperti itu masih sangat jarang saat itu, apalagi perkumpulan untuk anak-anak. Sehingga kami sangat antusias untuk datang. Aku berada disebuah komunitas anak-anak yang mengenal dan belajar tentang Yesus. Semua masih terasa baru bagiku, sore itu aku senang sekali, aku merasa mendapatkan sesuatu yang paling mengagumkan, yang belum pernah aku rasakan.
Aku begitu terkesan, sore itu menjadi hari yang tak terlupakan dalam hidupku. Aku mengenal siapa Yesus yang telah menyelamatkan umat manusia itu. Sepulang dari Ibadah itu, tak henti-hentinya aku bercerita tentang kegembiraanku. Mungkin karena itu merupakan hal yang baru buat anak seusiaku. Aku selalu bercerita tentang sosok Yesus yang baru aku kenal itu, kepada setiap orang yang aku temui. Papa begitu bangga melihat tingkah lakuku, dipeluknya aku dan diberinya aku pujian setiap kali papa bertanya tentang Yesus dan aku bisa menjawabnya dengan benar. Aku benar-benar bahagia merasakan keajaiban baru yang terjadi dalam hidupku, setelah aku berkenalan dengan seorang juru selamat bernama Yesus itu. Aku mungkin masih terlalu kecil untuk memahami dan mengenal lebih dalam tentang pribadi Yesus. Tapi sore itu adalah sebuah tanda dalam hidupku, dimana aku telah dipilih untuk menjadi anakNya.
Dulu yang namanya gereja tidak menjamur seperti sekarang. Ijin mendirikan gereja tidaklah mudah, sehingga orang lebih memilih mengadakan persekutuan doa dibandingkan dengan mendirikan gereja. Demikian juga dengan tempat kami beribadah. Tempat yang menurutku bernama gereja itu disamarkan namanya menjadi persekutuan doa dan tidak diadakan dihari minggu tapi diadakan setiap hari kamis, pukul 16.00 sore. Hari demi hari aku selalu menantikan datangnya hari kamis itu. Aku begitu semangat untuk mendengar cerita-cerita tentang siapa Yesus itu. Setiap kamis selalu saja ada cerita-cerita baru. Saat itu sosok yang paling terkenal dan disukai oleh anak-anak adalah cerita tentang Zakeus. Tubuhnya yang kecil, pendek, selalu membuat kami tertawa lucu,saat guru kami bercerita tentang Zakeus sambil memperagakannya. Aku sendiri lebih suka cerita tentang seorang pengemis bernama Bartimeus yang buta, yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Entahlah aku suka mendengar cerita-cerita tentang bagaimana Tuhan telah melakukan banyak mujizat. Sungguh ini adalah pelajaran yang paling mengagumkan sepanjang sejarah hidupku.
Papa tak pernah bosan-bosannya mengulang setiap pelajaran baru yang aku terima dari persekutuan kecil itu. Hampir setiap sore papa meluangkan waktu untuk bersamaku dan bercerita tentang Yesus lebih dalam lagi. Sepanjang ingatanku, aku belum pernah sekalipun absen untuk tidak hadir disetiap hari kamis. Rasanya sayang melewatkan cerita-cerita menarik tentang Yesus, yang disampaikan oleh para guru di persekutuan doa kecil itu.
Itulah hari paling indah dalam hidupku, aku merasa papa sudah memberikan hadiah terbaik yang pernah aku peroleh. Ia telah menjadi jembatan pertemuanku dengan Sang Juru selamat. Ia memberikan kepadaku tujuan hidup yaitu menjadi “Anak Allah”. Rasanya tidak bisa digantikan dengan apapun juga sebutan Anak Allah tersebut. Kebanggaan yang aku miliki menerima sebutan Anak Allah itu, tetap aku pelihara sampai kapanpun, aku tidak akan pernah melepaskannya. Aku begitu berharga karena telah di pilihNya.
“ Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu”. Yohanes 15:16a
Bagiku hidup ini seperti gulungan kitab yang dibukakan sehari demi sehari. Mungkin saat ini aku tidak ingat akan urutan peristiwa yang aku alami dimasa kecil itu, namun kenangan itu akan selalu ada dalam ingatanku, dan saat itulah yang selalu mengingatkan bahwa aku dan Penebusku telah menjadi satu. Kenangan masa kecil itu membuatku semakin mengasihi sang Juru Selamat yang telah rela memberikan nyawanya untuk menyelamatkan aku. Sehingga aku bisa melihat dan merasakan kasih Bapa yang begitu sempurna dinyatakan dalam hidupku.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar